-->
  • Jelajahi

    Copyright © trilokanews
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan Atas 2

     


    Iklan Atas 1

    Karier Zainal Arifin Emka Baca Koran Setiap Hari Hingga Jadi Pengajar Jurnalistik

    trilokanews
    Senin, Desember 08, 2025, 21.30 WIB Last Updated 2025-12-08T14:31:27Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Caption foto: Pengajar Jurnalistik Zainal Arifin Emka, saat ditemui di Aula Kantor Pemkab Situbondo. (imam)


    trilokanews.com - Situbondo - Nama Zainal Arifin Emka sudah tidak asing lagi di Jawa Timur, pria berprofesi sebagai wartawan senior ini sudah malang melintang di dunia jurnalistik dan kenyang pengalaman mengarungi asam garam kewartawanan.

    Keinginan menjadi seorang wartawan, awalnya ia berlangganan koran. Kemudian dari berlangganan koran inilah, muncul keinginan menjadi seorang wartawan. 

    Dalam pikirannya, wartawan itu memiliki ilmu yang tinggi dan pengetahuannya sangat luas. Padahal, dulunya ia bercita-cita ingin menjadi guru.

    " Saat saya duduk dibangku SD hingga SMA, cita-cita saya itu ingin menjadi seorang pendidik alias guru, "ungkapnya. 

    Zainal panggilan akrabnya Zainal Arifin Emka, usai lulus SMA, terbersit ingin menjadi seorang wartawan yang profesional. Meski ekonominya pas-pasan, ia melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dan mengambil jurusan ilmu komunikasi. 

    Kemudian dibangku kuliah inilah ilmu kewartawanan diperoleh dan terbersit ingin mendirikan perusahaan media, untuk memberitakan informasi yang ia peroleh. 

    Pandangan orang profesi wartawan itu harus berpandangan luas, pandai, mampu menyusun dan merangkai kata-kata agar karya jurnalistiknya enak dibaca. Ternyata anggapan masyarakat itu benar. Karya jurnalistik itu sebuah karya ilmiah yang ditulis sesuai fakta dan data. 

    " Profesi wartawan itu adalah profesi yang mulia. Memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat luas, "ucap Zainal sambil membaca buku karyanya sendiri. 

    Bersama dengan teman-temannya se kampus, Zainal mendirikan media, dengan nama 'Indonesia Membangun'. Namun, perusahaan media yang ia dirikan bersama rekan-rekannya itu hanya mampu bertahan dua tahun. Karena keterbatasan modal. 

    " Faktor modal yang membuat perusahaan media itu kami hentikan, "ujarnya dengan nada kalem. 

    Pria yang kini berambut beruban itu kembali menceritakan perjalanannya menjadi seorang wartawan. Pasca buyarnya perusahaan media yang ia bangun. Keinginan menjadi seorang wartawan kompeten semakin berkobar dan berinisiatif bergabung dengan media-media besar di Jawa Timur. 

    " Selepas perusahaan media yang saya dirikan kolab. Saya melamar jadi wartawan beberapa perusahaan media yang ada di Jawa Timur, "katanya.

    Ternyata, lamaran itu mendapat perhatian dari media besar dari Jawa Timur dan dirinya diterima di media Surabaya Post. 

    " Pada masa itu, media Surabaya Post itu media cetak yang cukup besar, oplah korannya ribuan bahkan puluhan ribu, "tutur pria yang kini berusia 75 tahun itu.

    Di media Surabaya Post ini dirinya diterima sebagai reporter dengan kegigihannya itu dia mencatat karir yang cemerlang berawal dari reportase hingga menjadi Wakil Pemred, tentu hal tersebut menjadi tinta emas dalam perjalanan kariernya.

    Tidak hanya itu saja, kenyang menyalurkan ilmunya di Surabaya post dan setia hingga media yang membesarkan namanya tutup, kemudian dia kembali dipercaya memegang kendali mengembangkan media berita sore. Namun tidak bertahan lama yang hanya berjalan 2 tahun. 

    Dengan kemampuannya menjadi jurnalis kemudian dia salurkan dengan mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA AWS). 

    Sebagai Dosen Mata Kuliah Jurnalistik itu telah mengabdi selama 33 tahun, Dia tak hanya menjadi sosok pengajar, tetapi juga mentor bagi ribuan mahasiswa yang telah melalui masa studi di kampus wartawan itu. (imam).
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini