masukkan script iklan disini
trilokanews.com - Kabupaten Bekasi - Ratusan hektare lahan persawahan di Desa Sukalaksana, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Bekasi, terendam banjir akibat luapan air dari Kali Ciherang. Meluapnya air terjadi karena rusaknya pintu air Acon di Kampung Pulo Semut yang sudah lama tidak berfungsi. Kondisi ini mengancam hasil panen petani yang kini dalam masa panen. Senin 9/6/25.
Sekitar 200 hektare sawah dilaporkan terdampak, menyebabkan kualitas padi menurun drastis. Sejumlah petani menyatakan hasil panen menjadi tidak maksimal, bahkan berpotensi gagal panen.
Salah satu tokoh petani perempuan, Hj. Amih, menyampaikan keluhannya kepada media. “Saya sangat berharap adanya perhatian untuk perbaikan saluran air dan pintu air Acon. Kami kesulitan menggarap sawah, apalagi saat musim penghujan. Air dari Kali Ciherang selalu meluap dan merendam sawah,” ungkapnya.
Menurutnya, saat air datang tidak dapat dikendalikan karena tidak adanya pintu pembuangan yang berfungsi. “Saat panen pun air tetap meluap, membuat padi busuk, nilai jualnya rendah, dan kami petani pasti merugi,” tambahnya.
Keluhan serupa juga disampaikan oleh para petani lainnya yang didampingi tokoh masyarakat setempat. Mereka berharap Pemerintah Kabupaten Bekasi segera turun tangan melakukan perbaikan. “Kami minta agar pintu air yang rusak segera dibangun kembali, dan saluran air yang tidak berjalan baik diperbaiki, agar luapan air tidak lagi membanjiri sawah,” ujar salah satu tokoh warga.
Mereka menyoroti kondisi saluran air Cacing Caringin yang juga tidak berfungsi optimal. Ketika debit air tinggi, seluruh aliran bermuara di pintu air Acon yang rusak, menyebabkan banjir di area pertanian.
Menanggapi hal ini, Yusuf Supriatna, Koordinator Lapangan LSM Suara Independen Rakyat Adil (SIRA), menegaskan bahwa kondisi ini sudah masuk kategori darurat. “Ini sangat urgent. Jika tidak segera diatasi, ketahanan pangan di wilayah ini bisa terganggu. Bayangkan saja, luas 200 hektare bisa menghasilkan berapa ton padi. Jika gagal panen, berapa kerugian yang harus ditanggung petani?” ujarnya.
Ia mendesak Pemerintah Daerah Bekasi segera mengambil tindakan nyata. “Jangan abaikan jeritan petani. Pemerintah harus segera perbaiki pintu air dan saluran irigasi. Kalau tidak, bagaimana mau menjalankan program ketahanan pangan kalau kondisi infrastruktur dasar saja diabaikan?” pungkas Yusuf. (Napin)